Senin, 09 Januari 2017

Kisah Adinda, gadis 8 tahun yang menerima surat dari Presiden AS,Barack Obama

Dinda mengaku sangat khawatir tidak akan lagi diizinkan tinggal dan bersekolah di Amerika Serikat usai  pemilu di AS.
JAKARTA, Indonesia - Adinda Rania tidak menyangka jika surat yang dikirimkan pada akhir tahun 2016 kepada Presiden Barack Obama dibaca oleh orang nomor satu di Amerika Serikat itu. Dinda, demikian dia biasa disapa, menulis surat kepada Obama usai Donald J. Trump dinyatakan sebagai pemenang pemilu AS pada tanggal 10 November.

“Saya khawatir karena mendengar pemberitaan mengenai Donald Trump yang terpilih menjadi Presiden. Sebab, dia sudah berulang kali mengatakan banyak hal buruk berdasarkan laporan dari ibu saya,” ujar Dinda yang dihubungi Rappler melalui telepon pada Sabtu malam, 7 Januari.

Kepekaan Dinda terhadap isu pemilu di Negeri Paman Sam tak lepas karena seringnya dia melihat sang ibu, Eva Mazrieva yang kerap menyampaikan laporan langsung untuk jaringan-jaringan radio berita di Indonesia. Selama tujuh tahun terakhir, Eva bekerja sebagai jurnalis di Voice of America (VOA) yang berbasis di Washington DC.
Dinda yang dibesarkan di sana merasa khawatir akan menerima perlakuan buruk dari para pendukung Trump, termasuk tak boleh lagi menunaikan salat di masjid di komunitasnya.

“Tapi sejauh ini saya tidak pernah menerima perlakuan buruk karena saya orang Indonesia,” kata gadis yang kini masih duduk di kelas tiga sekolah dasar itu.

Lalu, apa yang ditulis Dinda di dalam suratnya? Sang Ibu, Eva menjelaskan puteri bungsunya itu sempat bercerita mengenai latar belakang keluarganya dan bertanya apakah masih aman tinggal di AS.

“Saya hanya baca bagian depannya saja, karena dia menulis surat hingga empat halaman. Dinda cerita jika dia anak Indonesia, punya kakak kembar tiga. Mereka bersekolah di kelas 5 SD, sedangkan Dinda masih sekolah di kelas 3 SD dan di sekolahnya terdapat anak-anak dari 70 negara,” tutur Eva.

Pertanyaan pertama yang ditulis Dinda dalam suratnya yakni “is it still save for me to be here?” Lalu, pertanyaan lainnya: “can I go to the same school?”

Kata Eva,Kekhawatiran Dinda sangat beralasan, mengingat ada beberapa peristiwa buruk yang dinilai minor dan terjadi dalam kehidupan sehari-hari di AS pasca Trump menang. Salah satunya yang didengar Eva yakni adanya anak-anak kulit putih yang melarang anak lainnya untuk makan di area tertentu di dalam kantin sekolah. Lalu, ditemukan lambang Swastika terbalik mirip lambang nazi di balik pintu toilet sekolah.
“Kekhawatiran itu tidak hanya dirasakan oleh orang Indonesia yang bermukim di AS saja. Bahkan, saya menerima surat dari kepala sekolah tempat anak-anak saya menuntut ilmu yang isinya jika ditemukan tindakan intoleran maka orang tua bisa menghubungi langsung kepala sekolah,” kata dia.

Artinya, kata Eva, pihak sekolah pun menyadari anak-anak yang berasal dari kaum minoritas mungkin mendapat tekanan pasca mogul properti itu menang pemilu pada bulan November lalu.
Bekerja sebagai seorang jurnalis membuat Eva rentan menerima keluhan dan protes dari publik yang mendengar berita yang dibawakannya. Protes pun juga bisa datang dari Gedung Putih.

Itu sebabnya, ketika surat dengan kop Gedung Putih tiba di rumahnya di area Virginia pada Jumat, 6 Januari, Eva mengaku deg-degan. Dia khawatir Gedung Putih merasa keberatan terhadap pemberitaan yang disampaikannya, termasuk ke publik di Indonesia.

“Ternyata setelah dibuka dan dibaca, isi surat itu merupakan jawaban dari surat Dinda yang dikirim akhir tahun lalu. Saat surat tiba, Dinda belum kembali dari sekolah,” kata Eva.

Tetapi suasana rumah berubah menjadi heboh saat Dinda mengetahui suratnya dijawab langsung oleh Obama. Di dalam surat yang ditanda tangani Obama, Presiden yang telah berkuasa selama 8 tahun itu mengatakan AS tetap menjadi rumah bagi semua orang. Tak peduli dari mana asal dan latar belakang yang mereka miliki.
“Tetapi, kita semua di sini berbagi nilai yang sama, bahwa kita bisa hidup dan mencintai dengan bebas,” tutur Eva menjelaskan isi surat Obama bagi puterinya.

Selain surat tersebut, Obama juga mengirimkan beberapa foto antara lain foto keluarga, foto dirinya, dan dua ekor anjing peliharaan mereka: Boo dan Sunny. Masing-masing di belakang foto dibubuhkan tanda tangan Obama.

Eva mengatakan puterinya tentu sangat bahagia. Bahkan, dia sudah tidak sabar untuk menunjukkan surat tersebut kepada teman-temannya di sekolah pada hari Senin esok. Dengan menunjukkan surat itu, sekolah juga bisa menyampaikan kepada siswa yang lainnya bahwa Presiden Obama peduli terhadap situasi pasca pemilu.

Rencananya pada Sabtu pagi waktu setempat, Dinda akan kembali mengirimkan surat ke Gedung Putih sebagai bentuk ucapan terima kasih kepada Obama.

Indonesia tetap lekat di hati Obama
Eva mengakui puterinya sangat beruntung karena menerima surat dari presiden negara adidaya. Walaupun, ini bukan kali pertama dilakukan suami Michelle Obama itu.

“Selama saya bekerja di VOA, saya memang melihat sendiri Obama pernah membawa beberapa keluarga ke gedung Kongres pada bulan Januari lalu. Mereka terdiri dari penyandang disabilitas, anak kecil, veteran dan korban KDRT. Menurut informasi, mereka juga pernah menulis surat kepada Obama,” tutur Eva.

Namun, surat Dinda dianggap Eva spesial karena isinya mewakili kekhawatiran sebagian besar warga AS pasca Trump memenangkan pemilu. Muncul kegundahan dan perasaan tidak pasti melihat situasi di AS seandainya dipimpin Trump.

“Saya yakin Obama sendiri yang menjawab surat Dinda, walaupun suratnya diketik. Hal itu bisa terlihat, karena dijawabnya sangat detail,” katanya.

Hal lain yang menonjol dari Obama selama menjadi pemimpin AS yakni dia tidak lupa pernah tinggal di beberapa negara, termasuk di Indonesia. Eva menyaksikan sendiri betapa Indonesia masih lekat di dalam ingatan Obama.

Sebagai contoh, di tahun 2008 lalu, ketika Obama menerima rombongan peneliti dan menjadi ahli di Kedutaan AS di Jakarta.

“Obama kemudian mengatakan kalau dia sempat tinggal di sana dan cinta bakso serta nasi goreng,” tutur dia.

Pengalaman unik lainnya ketika Obama menerima dua pemenang program Young Southeast Asian Leaders Initiative (YSEALI) dari Indonesia. Salah satunya berasal dari Papua.

“Mahasiswa ini sempat khawatir ketika diminta maju untuk berbicara dengan Presiden Obama. Tetapi, Obama mencoba membuat situasi lebih nyaman dengan berbicara dalam Bahasa Indonesia ‘apa kabar’ dan ‘tenang, jangan khawatir’,” kata Eva menirukan.

Masih khawatir

Walaupun sudah diberikan kepastian bahwa konstitusi AS tetap menjamin keberagaman di negara itu, tetapi Eva dan Dinda mengakui tetap khawatir situasi akan berubah. Apalagi era kepemimpinan Obama resmi berakhir usai tanggal 20 Januari dengan Trump mulai masuk ke dalam Gedung Putih.

“Tetapi, kami tetap percaya jika AS kan termasuk negara yang memiliki sistem hukum yang baik dan konstitusi menyebut negara akan melindungi semua kepentingan, kebebasan berbicara, dan berpendapat. Dengan diterapkannya itu secara baik, insya Allah akan baik-baik saja,” ujar Eva berharap situasi tidak akan memburuk pasca AS dipimpin oleh Trump.

Minggu, 01 Januari 2017

SIM Palsu 'Anak Jalanan', Polisi: Sama Saja Palsukan Dokumen Negara...wow !.

Baru-baru ini kepolisian Anggota Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polrestabes Makassar, Aiptu Guritno menilang seorang pengendara bentor (becak motor) yang mengendarainya melawan arah. Saat dicek kelengkapan surat-surat kendaraan dan identitas si pelanggar ini malah menunjukkan SIM Palsu.
Menanggapi hal ini, Kepala Bidang Pembinaan dan Penegakan Hukum Korps Lalu Lintas Polri, Kombes Chryshnanda Dwi Laksana mengatakan hal tersebut sama saja memalsukan dokumen negara.

"SIM merupakan privilege yang diberikan kepada seseorang yang lulus ujian. Mereka dianggap punya kompetensi sehingga memalsukannya sama saja dengan memalsukan dokumen negara," kata Chrys saat dihubungi detikOto, Rabu (28/12/2016).

Seperti diketahui yang terjadi di Makassar, pelanggar menunjukkan SIM palsu yang menampilkan foto artis sinetron 'Anak Jalanan' yang diperankan Steffan William.

Belum diketahui pasti apa motif pelaku. Namun dengan melakukan tindakan melanggar tersebut pelaku tak hanya kena tilang, tapi juga bisa dikenakan tindak pidana.

(drg/rgr)